ruminews.id,- Perempuan acap kali selalu di lekatkan dengan stigma buruk dalam kebudayaan umat manusia, hingga menjadi kelas bawah dalam struktur kelas sosial masyarakat, tapi itu hanyalah stigma yang menempel dalam diri seorang perempuan hingga terkadang menjadi bias dalam memahami ke otentikan perempuan yang sebenarnya. Bicara tentang perempuan hari ini kita perlu memandang dari sudut pandang yang berkedilan agar eksistensi perempuan tak lagi tenggelam dalam bayang – bayang hegemoni sosial.
Sejarah peradaban umat manusia tidak lepas dari sumbangsih perempuan, meskipun pada dasarnya perempuan dulu tidak lebih hanya sebatas objek seksual di era lampau, bahkan di bunuh karena tidak bisa berperang. Sungguh nestapa nasib menjadi seorang perempuan. Tapi begitulah sejarah mengatakan sekalipun itu sejarah kelam masa lalu, artinya keterlibatannya dalam sejarah tak pernah dilihat sebagaimana mestinya meskipun perempuan penyumbang terbanyak atas peradaban umat manusia sampai per hari ini.
Kenapa Perempuan menjadi penyumbang terbanyak bagi peradaban dunia karena perempuanlah yang melahirkan serta yang merawat genarasi umat manusia dan itulah sesuatu yang takkan pernah dimiliki oleh laki – laki, bahkan perempuan juga dikatakan sebagai Pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Artinya eksistensi perempuan tidak hanya di wilayah domestik saja tetapi justru bagian dari elemen besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan dunia pendidikan.
Kita perlu membentang lebih jauh lagi setinggi elang terbang di angkasa bahwasanya tak ada yang lebih indah dari kehidupan yang penuh dengan pengetahuan dan kemanusian, bukan penindasan atas otoritas kuasa laki – laki yang merendahkan kaum perempuan bahkan di anggap sebagai spesies yang tidak unggul.
Mengenal tokoh – tokoh Perempuan pribumi bernama kartini adalah upaya-upaya mendengungkan Kembali sosok kartini masa kini modern, dengan menjelajahi hikayat kartini melalui surat-suratnya yang dikenal Habis Gelap Terbitlah Terang merupakan salah satu simbol emansipasi Perempuan.
Sebab Kondisi Perempuan per hari ini menjadi salah satu kondisi yang perlu kita uraikan di tengah kecamuk dunia standarisasi modern yang membentuk mata rantai iklim sosial. Dunia standarisasi hari ini tidak lagi mengenal sosok kepeloporan tokoh – tokoh perempuan yang menjadi surih tauladan atau contoh baik bagi perempuan masa kini.
Seperti halnya Fatimah Al – Fihrih, yang karyanya membentang jauh bak lautan luas, akan tetapi ketokohan beliau sebagai kaum Perempuan banyak terendapkan bagi generasi islam lebih – lebih mahasiswa dalam dunia perguruan tinggi yang bahkan tak sedikit sekali yang tidak tahu akan kiprah dan perjuangannya.
Fatimah Al – Fihrih juga sebagai bukti nyata bahwasanya sosok perempuan merupakan sosok yang harus kita lihat sebagaimana perempuan yang memiliki kontribusi besar bagi kesarjanaan dunia islam dan peradaban dunia. Fatimah lahir pada 800 M di kairouan Tunisia putri dari Mohammed Bnou Abdullah Al – Fihrih seorang pedagang kaya raya di Fez Maroko yang kecantikan fatimah melampaui gumpalan awan bulan maret, siapa yang tidak terpikat denganya, suaranya melebihi keindahan bunyi kafilah – kafilah angin berembus laut Pantai Selatan.
Bersama keluarga besarnya, Fatimah dan adik semata wayangnya, maryam, hijrah dari kota kelahirannya ke Fez saat ia masih kecil. Fez kala itu terkenal sebagai kota metropolitan, dengan mayoritas penduduk muslim Non-Arab. Kota yang sangat berkeadaban. Bahkan aktivitas ekonomi pada saat itu berkembang sangat pesat. Menariknya, di sana terjadi harmonisasi antara kebudayaan kosmopolitan dan budaya tradisional maroko. Dari sini, Kota Fez berkembang menjadi salah satu kota Muslim yang berpengaruh besar dan diperhitungkan di dataran timur tengah bahkan sampai semenanjung arab.
Kemahiran Fatimah dalam mempelajari ilmu agama dapat kita lihat dari Sumbangsih monumentalnya terhadap dunia Islam, yakni pendirian Masjid al-Qarawiyyin (al-Karaouine). Konon, pendirian masjid ini ada kisah – kisah sufistik yang pernah terjadi. Bahkan Fatimah sendiri tidak lepas dari ritual puasa sebagai bentuk penghambaanya terhadap sang pencipta.
Meskipun iya lahir dari keluarga yang berlatar belakang saudagar kaya raya tidak membuat Fatimah terlena atas kekayaan, bahkan agama menjadi sesuatu hal prinsipil di keluarganya apalagi terhadap ilmu dan pengetahuan. Maryam, adik Fatimah memiliki keinginan yang sama. Mereka menginginkan harta warisan orang tuanya bisa di hibahkan agar bernilai manfaat untuk perjuangan pendidikan.
Fatimah berkarya melalui Masjid al-Qarawiyyin, sedangkan Maryam membangun Masjid Al-Andalus. Kelak, kedua lokasi tersebut mempunyai posisi dan peran penting dalam membangun persemaian tokoh intelektual dan penyebaran Islam di Maroko juga Eropa kala itu.
Bayang – Bayang Fatimah Dalam Dunia Perguruan Tinggi
Tunisia dan Maroko merupakan negeri yang tak lepas dari bayang – banyang Fatimah Al – Fihrih dimana iya lahir dan mendirikan perguruan tinggi di abad ke 859 M Universitas Quaraouiyine. Universitas ini lebih tua 100 tahun dari pendirian universitas Al – Azhar Kairo Mesir, 200 tahun dari Universitas Bologna Itali.
Nama perguruan tinggi yang Fatimah dirikan ini sama dengan nama kampung halamannya di Tunisia. Fatimah juga dikenal sebagai ibu dari anak laki-laki, mungkin karena fokusnya dalam menumbuhkan kesempatan minat belajar bagi kaum muda kota Fez maroko.
Karena dedikasinya dalam mendirikan perguruan tinggi maka istilah – istilah yang ada di perguruan tinggi saat ini merupakan istilah yang di pake pada eranya Fatimah (Universitas Quaraoiyine), seperti mahasiswa harus baca buku, gelar akademik, jubah akademis serta praktik – praktik seperti kuliah pengukuhan itu semua budaya akademik yang telah di buat Fatimah pada saat mendirikan univerditas.
Pendirian universitas itu tidak lepas dari tujuan dirinya dalam mengabdi pada masyarakat dan ilmu pengetahuan dalam mendidik generasi bangsa. Universitas Quaraoiyine berfokus pada beberapa jurusan seperti hukum islam dan teologi. Namun perkembangan kampus itu tidak hanya disitu saja melainkan juga mahasiswanya belajar ilmu seperti puisi, filsafat, logika, retorika, tata bahasa, geografi, sains, matematika, dan bidang studi tradisional lainnya. Semua mata kuliah yang ada di kampus Quaraoiyine ini tidak dipungut sepeserpun seperti di negara kita Indonesia yang biaya pendidikannya cukup mahal.
Universitas Quaraoiyine sebagai kampus ternama waktu itu mendapatkan sambutan hangat dari berbagai kalangan seperti umat Islam dan Kristen karena sudah mampu memberikan kontribusi besar bagi mereka. Ada banyak lulusan dari kampus Al – Quaraoiyine ini menjadi mercusuar bagi dunia intelektual islam dan Sejarah peradaban islam diantara seperti filsuf Ibnu Rushd (1126-1198) dan sejarawan sosiolog Ibnu Khaldun (1332-1406). Meraka telah menerangi dunia intelektual sebagai kelompok cendekiawan islam bahkan karyanya membentang jauh sampai Nusantara.
Artinya kita perlu belajar banyak terhadap perempuan seperti Fatimah Al – Fihrih yang telah mendirikan kampus pertama di dunia dan itu merupakan kontribusi nyata yang dilakukan oleh kaum perempuan dalam dunia pendidikan dan saya cukup bermimpi akan ada sosok Fatimah baru yang menerangi jagat raya ini ditengah keringnya dunia kepakaran yang melanda pendidikan kita. Selamat hari perempuan bagi yang merayakan.