OPINI

Profesi Farmasi di Tengah Krisis Identitas

ruminews.idDi antara rak-rak penuh botol kaca, lembaran resep yang tergesa-gesa, dan wajah pasien yang menaruh harap pada setiap butir obat, sesungguhnya ada satu profesi yang kerap kehilangan jati dirinya: profesi farmasi termasuk asisten apoteker yang berdiri di garda terdepan pelayanan.

Profesi ini ibarat bayangan yang selalu ada, namun sering dilupakan. Ia bukan dokter yang disebut “penentu” hidup-mati, bukan pula perawat yang mendapat tempat sebagai sosok pengasuh penuh welas asih. Farmasi kerap terjebak dalam ruang abu-abu: dianggap hanya penjaga obat, sekadar penjual yang berdiri di balik etalase, atau bahkan tragisnya disamakan dengan kasir yang menghitung rupiah.

Padahal di balik putih jas mereka, tersimpan ilmu panjang tentang molekul, interaksi, dan keserasian dosis. Farmasi adalah seni meracik keselamatan, dan asisten apoteker adalah tangan yang mengikat teori dengan kenyataan. Namun, ketika masyarakat tak lagi mampu membedakan antara profesi mulia dengan sekadar rutinitas administrasi, maka yang lahir adalah krisis identitas.

Krisis ini bukan semata kesalahan publik, melainkan juga cermin dari dunia farmasi itu sendiri. Terlalu sering farmasi memilih diam, menjadi “pelengkap” dalam narasi kesehatan, bukan pemeran utama. Terlalu lama ia tunduk pada sistem yang menempatkannya sebagai roda kecil, bukan poros. Hingga lama-kelamaan, profesi ini seperti kehilangan suara, seakan lupa siapa dirinya.

Sesungguhnya farmasi bukan sekadar “menyerahkan obat”, melainkan menjaga takdir kesehatan agar tetap berjalan di jalur yang benar. Ia adalah penafsir bahasa kimia ke dalam bahasa manusia, pengawal yang memastikan setiap resep bukan racun, melainkan penolong.

Maka, sudah saatnya profesi ini mengangkat kepalanya, menegaskan eksistensinya, dan kembali ke akar identitas: pelayan ilmu, penjaga kesehatan, dan pengembara sunyi yang memelihara harapan.

Jika krisis identitas ini terus dibiarkan, profesi farmasi hanya akan jadi bayangan: ada, tapi tak pernah dianggap nyata. Namun jika berani bersuara, ia akan menjadi cahaya yang meski tak selalu tampak, tetap menerangi jalan penyembuhan umat manusia.

Share Konten

Opini Lainnya

c5943218-1ddc-4832-b11c-ef40947401eb
Greenwashing dan Cultural Bleeding Politik Indonesia
8fbbfd7b-7670-4ad6-920c-c2f3c9fa2786
Hantu-Hantu Yang Bergentayangan Di Kampus
b6460e08-cba5-4b7d-8479-02ce12854cb4
Membongkar Ilusi Pembangunan dalam Program Satu Juta Rumah dan Urbanisasi Kota Makassar
d3553628-3ec5-4e49-82eb-a01620c46b8b
Kampus Adalah Arena, Pilih Cara Bermain Mu
3c7b0ea5-4e5a-43a4-95e0-0383cc642453
Bahasa Kekuasaan di Era Prabowo: Politik Tutur dan Disiplin Wacana
07fca8cd-2d90-4c07-b3b0-cb7cf645a0bf
Sejarah Pembersihan Etnis Di Palestina
WhatsApp Image 2025-11-12 at 23.18
Hari Kesehatan Nasional: Alarm dari Luka Para Tenaga Kesehatan
WhatsApp Image 2025-11-12 at 23.19
HKN 2025: Cita Transformasi Kesehatan Dengan Enam Pilar Yang Rapuh
f874040f-0065-4663-aa63-45a87f3ccb03
MBG dan Sekolah Rakyat, Simbol Generasi Sehat dan Mempersiapkan Masa Depan
e766f7f9-d936-415d-9602-5f78f2edb292
Pahlawan Palsu di Balik Kisah Cinta Kerajaan
Scroll to Top