OPINI

Buta Atau Tidur? Semoga Hanya Tertidur.

ruminews.id – Indonesia, tanah yang subur dan kaya akan sumber daya, namun dewasa kini seolah menjadi panggung drama besar bagi pertarungan antara kerakusan dan kehancuran. Miris rasanya naskah drama ini ditulis oleh tangan-tangan manusia yang lebih memilih untuk menutup mata. Mereka menuutup mata terhadap data ataupun hasil riset. Tutup mata terhadap pengkajian para pakar lingkungan, akademisi, dan cendekiawan. Tutup mata terhadap realita di lapangan, di mana hutan-hutan terus dirambah, tanah-tanah digali hingga ke inti, dan langit yang dulunya biru kini dihiasi abu serta asap yang tentunya kurang bersahabat dengan makhluk hidup.

Indonesia, rumah kita, ironisnya menjadi rumah yang paling nyaman bagi para pelaku industri ekstraktif dan smelter. Aktivitas ini diiklankan dengan jargon “kemajuan”, “peningkatan ekonomi”, atau bahkan “kesejahteraan nasional”. Namun, siapa sebenarnya yang makmur? Sebagian besar rakyat tetap menatap kosong masa depan, sementara segelintir orang yang di atas menari di atas emas yang tak pernah mereka gali dengan tangan mereka sendiri.
Apakah kita buta? Atau hanya tertidur? Barangkali lebih tepatnya, kita tengah terjebak dalam hibernasi panjang yang dinamakan antroposentrisme. Sebuah pandangan yang menganggap bahwa manusia adalah pusat dari segala sesuatu, seakan-akan bumi dan alam semesta ada hanya untuk melayani kebutuhan kita. Dalam tidur panjang ini, kita bermimpi indah tentang pembangunan tanpa batas, tanpa menyadari bahwa mimpi ini berubah menjadi mimpi buruk bagi generasi mendatang.

Kita tidak kekurangan data, riset, atau peringatan. Para ilmuwan telah memberikan alarm, tetapi alarm ini hanya menjadi musik latar yang kita abaikan. Perubahan iklim bukanlah teori abstrak; ia nyata di depan mata. Banjir yang semakin sering, kekeringan yang kian panjang, dan udara yang semakin sulit dihirup bukanlah cerita dari negeri dongeng. Itu adalah pesan dari alam yang meminta kita untuk segera bangun. Namun, kita tetap menutup telinga, menganggap bahwa semua itu hanyalah “kebetulan atau mekanisme dari alam”.
Buta atau tidur? Semoga hanya tertidur. Karena jika benar kita tertidur, maka setidaknya ada harapan untuk terbangun. Namun, jika kita buta, maka kita benar-benar kehilangan kemampuan untuk melihat jalan keluar. Tidur panjang antroposentrisme harus segera diakhiri sebelum ia menjadi kuburan bagi kita semua. Sebuah perubahan paradigma diperlukan dari antroposentrisme.

menuju ekosentrisme. Paradigma yang memandang bahwa manusia adalah bagian dari alam, bukan penguasa mutlaknya.
Bangunlah, wahai pemimpin negeri. Bangunlah, wahai rakyat Indonesia. Kita tidak hidup di atas tanah warisan leluhur semata, melainkan di atas tanah titipan anak-cucu. Jangan sampai kita hanya mewariskan debu, air mata, dan cerita tentang sebuah bangsa yang memilih untuk tetap tertidur, meski alam sudah meraung mengumandangkan peringatan untuk bangun.
Ketika kita membuka mata, mari kita mulai dengan bertanya: untuk siapa pembangunan ini sebenarnya? Untuk siapa hutan-hutan ini terus ditebang? Dan untuk siapa bumi ini, kalau bukan untuk semua makhluk yang hidup di atasnya?
Mungkin, jawabannya ada pada kesadaran yang selama ini kita abaikan. Bukan pembangunan yang kita butuhkan, melainkan keberlanjutan. Karena bumi, rumah kita, hanya akan menjadi rumah yang layak dihuni jika kita berhenti menjadi tamu yang tak tahu diri.

Share Konten

Opini Lainnya

b2933403-15a0-4d99-acc9-00e5a7c644c8
Ketika Pelajaran Sekolah Menyelamatkan Nyawa.
00e38094-709c-4290-9114-a1114e54b60a
Kebijakan Pertanian : Peluang Generasi Muda dan Masa Depan Indonesia
962faf62-2d6b-4a1b-b248-cdfd67cfa972
Nexus: Ketika Jaringan Informasi Menjadi Arena Politik Peradaban
2e12a1c3-353e-453b-bc48-ed0418db2ed9
Raja Ampat dan Geopolitik Sumber Daya Alam: Di Antara Surga Ekologi dan Tarikan Ekonomi Global
6ce775bb-a2c5-4ce4-af47-629de78123fe
LKIII BADKO PAPUA BARAT - PAPUA BARAT DAYA: KEDAULATAN SDA MINERAL KRITIS
9914b5ac-eb0b-45f7-8a0c-c89cff75166f
Presiden tolong buatkan kami jembatan agar kami nyaman kesekolah. Seorang anak pelosok meminta lansung dibuatkan jembatan terhadap presiden.
abff4d92-1a71-496d-9412-afd1404a8a41
LK III BADKO HMI PAPUA BARAT - PAPUA BARAT DAYA: KAPITALISME DIGITAL & SEMESTINYA KADER HMI BERSIKAP
bfaac97f-6e5c-4768-8b85-928a191d4b8b
28 November: Peringatan yang Kita Diamkan, Dampak yang Kita Rasakan
129ecf4e-c0b8-490c-abd6-68d5ee5c90a9
Demokrasi Digital: Ketika Warganet Lebih Berkuasa daripada Wakil Rakyat
f5c639ef-caf2-4279-ba6a-0e03efec1061
Refleksi Akhir Tahun Kabinet Merah Putih: Krisis Legitimasi Rakyat hingga Krisis Ekologi
Scroll to Top