Kepemimpinan Profetik sebagai Jalan Etis dan Ekologis dalam Intermediate Training HMI Makassar Timur

ruminews.id, Makassar — Suasana ruang pertemuan Hotel LaMacca malam itu terasa damai dan khidmat. Dalam balutan ketertiban dan keakraban, para peserta Intermediate Training (LK2) Tingkat Nasional HMI Cabang Makassar Timur kembali menyelami kedalaman ilmu dan nilai. Di hadapan mereka, hadir Prof. Dr. Ir. Khusnul Yaqin, M.Sc., sosok akademisi sekaligus pemikir Islam kontemporer, membawakan materi yang menggugah kesadaran: “Kepemimpinan Profetik dan Tanggung Jawab Sosial Ekologi.”

Dalam penjelasannya, Prof. Khusnul Yaqin menegaskan bahwa kepemimpinan profetik bukan sekadar posisi atau jabatan, melainkan amanah moral dan spiritual yang berpijak pada nilai-nilai kenabian: kejujuran, keadilan, dan pembelaan terhadap yang lemah. Menurutnya, di tengah krisis kemanusiaan dan degradasi lingkungan, kepemimpinan yang berakar pada nilai profetik menjadi semakin mendesak untuk dihidupkan kembali.

“Pemimpin profetik,” ucapnya tenang namun tegas, “adalah mereka yang tidak hanya memikirkan manusia, tetapi juga bumi yang menumbuhkan kehidupan. Kepemimpinan yang sejati ialah yang berempati pada alam, karena keadilan sosial tidak akan sempurna tanpa keadilan ekologis.”

Forum berjalan tertib dan hangat. Para peserta menyimak dengan penuh perhatian, beberapa mencatat, sementara yang lain tampak merenung seolah setiap kalimat yang keluar dari sang profesor mengetuk nurani mereka untuk melihat kembali relasi manusia dengan lingkungannya. Keakraban pun tampak ketika sesi tanya jawab dimulai; para peserta berani berdialog, bukan sekadar bertanya, melainkan menyambung wacana dengan semangat intelektual yang bersahabat.

Prof. Khusnul Yaqin kemudian menggambarkan bahwa tanggung jawab sosial-ekologi bukanlah konsep tambahan dalam Islam, melainkan bagian dari misi tauhid yang memuliakan ciptaan Tuhan secara menyeluruh. Ia mengajak para kader HMI untuk menjadi “pemimpin berkesadaran ekologis” mereka yang menanam gagasan kebaikan di tengah krisis, menegakkan nilai di tengah kehancuran, dan menumbuhkan kehidupan di tengah kelalaian manusia.

“Kita tidak bisa bicara keadilan sosial tanpa memikirkan hutan yang gundul, laut yang tercemar, dan udara yang kita hirup setiap hari. Islam adalah ekologi spiritual mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.”

Ketika sesi berakhir, tepuk tangan lembut mengisi ruangan. Wajah-wajah muda yang hadir menampakkan kesan mendalam; mereka tak sekadar mendapatkan ilmu, tapi juga sentuhan nilai. Suasana tetap hangat beberapa peserta berbincang dengan pemateri, bertukar pandangan, bahkan tertawa kecil di sela-sela keseriusan intelektual.

Di bawah cahaya lampu yang temaram, Intermediate Training LK2 HMI Makassar Timur hari itu menorehkan kesan mendalam: bahwa perjuangan intelektual tidak hanya berbicara tentang manusia dan kekuasaan, tetapi juga tentang bumi dan kehidupan. Melalui kepemimpinan profetik, para kader diajak untuk menjadi penjaga nilai dan penjaga alam dua hal yang tak terpisahkan dalam cita-cita besar Islam dan kemanusiaan.

Scroll to Top