OPINI

Bencana sebagai Panggung: Ketika Kekuasaan Menari di Atas Luka Rakyat

Ruminews.id – Bencana di negeri ini tak pernah benar-benar datang sendiri. Ia selalu membawa rombongan: air yang meluap, tanah yang runtuh, dan wajah-wajah kekuasaan yang tiba paling akhir namun paling dulu ingin terlihat. Di antara reruntuhan rumah dan tangis yang tak sempat ditenangkan, ironi tampil paling angkuh: penderitaan rakyat dijadikan panggung, duka dijadikan dekorasi.

Ironi lalu berdiri tegak di tengah lumpur. Bantuan yang semestinya mengalir atas nama kemanusiaan justru diklaim sebagai milik pribadi. Karung-karung beras melaju ke tangan korban dengan tempelan foto presiden, seakan nasi itu dimasak dari dapur kekuasaan, bukan dari hak rakyat Indonesia. Kamera menyala, senyum dipoles, dan penderitaan disulap menjadi latar panggung pencarian eksistensi yang tak bermoral.

Ada pejabat yang datang bak model majalah, bersih, rapi, dan penuh gaya, berpose di tengah puing-puing duka. Ada pula yang sengaja mengangkat karung beras di hadapan lensa, sementara tangan-tangan lain dibiarkan kosong semata demi satu bingkai kepedulian yang palsu. Padahal tangan yang sama itulah yang pernah menandatangani izin, merobohkan hutan, membelah perut bumi, dan membuka jalan bagi banjir serta longsor yang kini mereka tangisi di depan kamera.

Lebih getir lagi, bantuan dijatuhkan dari langit dengan helikopter, dilempar dari ketinggian, seolah nyawa dan martabat korban tak pernah diperhitungkan. Karung beras robek menghantam tanah, mie instan tercebur ke kubangan lumpur padahal jalan darat terbuka, dan uluran tangan bisa diberikan tanpa kekerasan. Namun efisiensi kalah oleh sensasi, dan kemanusiaan kalah oleh pertunjukan.

Pemerintah berkeras menyebut batang-batang kayu yang terseret banjir sebagai “pohon tumbang.” Padahal alam tak pandai berdusta. Kayu-kayu itu terpotong rapi, mulus, bahkan berkode jejak telanjang dari pembabatan hutan yang liar dan masif. Bukti hidup dari persekutuan sunyi antara kekuasaan dan kepentingan swasta, yang kini menjelma menjadi petaka.

Saat korban bencana membutuhkan pelukan negara, yang datang justru pemburu panggung. Saat semestinya ada introspeksi dan penebusan kesalahan, yang terdengar hanyalah pembenaran dan kebohongan. Namun alam telah berbicara lebih keras dari pidato mana pun menggulurkan bukti atas dosa lingkungan yang terakumulasi.

Di tengah gelap itu, angin segar justru datang dari mereka yang tak haus sorotan. Para aktivis, artis yang tak berpolitik, dan akademisi bergerak dalam senyap. Mereka menyalurkan bantuan atas nama masyarakat Indonesia, bukan atas nama diri sendiri. Helikopter mereka mendarat, bukan melempar. Bantuan diserahkan dengan hormat, bukan dijadikan properti kampanye.

Maka pada akhirnya, bencana mengajarkan satu kebenaran pahit: tidak semua yang berkuasa memiliki hati, dan tidak semua yang datang membawa bantuan layak disebut penyelamat. Di tanah yang luka, rakyat belajar membedakan mana tangan yang tulus, dan mana tangan yang hanya ingin terlihat menggenggam kepedulian.

Share Konten

Opini Lainnya

WhatsApp Image 2025-12-09 at 20.44
Hari Anti Korupsi ; Menegakkan Hakikat Hukum dalam Dugaan Penyimpangan Agraria dan Penyalahgunaan Kewenangan (Pungli)
125f1288-fa4e-41c2-86a1-372bf1ab10c3
Pemerintah Perlu Segera Menetapkan Sumatera sebagai Bencana Nasional
42960A67-A485-48E5-BE6F-656CC1C2E077
DARURAT ! Perusahaan Tambang Menjajah Masyarakat Sulawesi Selatan Atas Nama Investasi ‼️
2163cfaa-0c1f-48f6-9600-20ff2d683cc8
Menitip Api Perjuangan: Dukungan Ketum Badko HMI Sulselbar Periode 2021-2023 untuk Vonny dan Masa Depan KNPI Sulsel
0d8c1241-e521-490f-9930-5bbdc11f383f
Negara Membiarkan Hutan Gundul, Rakyat Dihanyutkan: Jejak Bencana dari Aceh hingga Sumatra
fef8fc68-7300-427e-9d87-4bc70b8f4eef
Ekoteologi Kemenag VS Serakahnomics Perusahaan Kayu
6e4bcdb8-a5ee-42fb-8bce-82b8c0f35fc4
Kenapa Tindakan Pelanggaran Kebebasan Beragama/Berkeyakinan Semakin Meningkat?
ff6f3bf6-6737-47de-9c55-07b3a931beaa
Demokrasi dan Kritik Otoritarianisme dalam Perspektif Cak Nur
24e8156c-9f0e-48aa-ac49-a662449bce31
Tangisan akar, batangnya di babat habis-habisan
WhatsApp Image 2025-11-25 at 22.57
Hari Guru Nasional: Luka di Balik Tanda Jasa
Scroll to Top