ruminews.id – Pangkep kembali bergetar bukan oleh gempa bumi, melainkan oleh gelombang desakan yang bergulung dari suara-suara muda yang menuntut keadilan. Dua screenshot percakapan WhatsApp, yang datang tanpa permisi dan menyebar seperti angin liar dari status pribadi ke linimasa publik, mendadak menjelma bara. Bara yang menyala di hadapan Gedung DPRD Pangkep, memantik keresahan, memantik penolakan, memantik tuntutan akan kejelasan.
Senin, (24/11/2025), halaman kantor DPRD Pangkep berubah menjadi panggung bagi puluhan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pangkep. Di bawah langit yang sedikit muram, mereka berdiri seperti tembok penyangga moral, menghadang kabut keraguan yang menghalangi pandangan publik.
Indra Gunawan, jenderal lapangan aksi, berdiri di depan massa dengan suara yang menggema. Kata-katanya meluncur tegas, mengiris udara siang seperti guratan pedang keadilan.
“Publik berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jika tidak benar, jelaskan. Kalau ada persoalan, buka. Jangan biarkan kabur,” serunya, memaksa setiap telinga mendengar dan setiap hati mempertimbangkan.
Ketua Umum HMI Cabang Pangkep, Fadli Muhammad, menambahkan tekanan dari sisi lain, dengan nalar yang tak kalah tajam. Bagi Fadli, potongan chat yang viral itu bukan sekadar teks digital melainkan pintu kecil yang mungkin mengarah pada ruang lebih luas tempat persoalan bersembunyi.
“Ini bukan hanya potongan chat. Ini bisa menjadi awal pembongkaran dugaan penyimpangan pengelolaan proyek. APH harus turun tangan,” tuturnya, seolah membunyikan lonceng tanda dimulainya penyelidikan moral.
Aksi mahasiswa itu diterima langsung oleh Wakil Ketua DPRD Pangkep, H. Tauhid. Dengan wajah yang menimbang situasi, ia menyampaikan apresiasi sekaligus janji. Sebuah janji bahwa laporan itu tidak akan dibiarkan menguap seperti kabut pagi.
“Aspirasi ini akan kami teruskan ke Badan Kehormatan untuk pemanggilan dan klarifikasi terkait screenshot WA yang beredar,” kata Tauhid, mencoba menjemput harapan yang dibawa para mahasiswa.
Isu ini bermula dari dua screenshot percakapan WhatsApp yang pertama kali menyelinap melalui status WA, lalu berlari ke Facebook dan TikTok. Kalimat-kalimat dalam tangkapan layar itu penuh frasa pembagian persentase, kecemasan terhadap aparat, hingga kerja swakelola menyulut spekulasi publik. Nama-nama panggilan seperti Pablo, Emil, dan Emman muncul seperti bayang-bayang tokoh tanpa wajah, menggantung di antara rasa penasaran dan kecemasan.
Beberapa potongan kalimat yang berhasil ditangkap publik menambah riuh suasana:
“Janganki harap bisa na ambil 20% itu kerja seokololah krn banyaki dibagi-bagi di situ…”
“Pengharapannya itu boska kita sendiri kelolai, tdk natauki bilang dijualki pekerjaannta…”
Namun hingga kini, tidak ada satu pun pihak yang berani memastikan konteks sebenarnya. Identitas para pembicara masih kabur, seperti siluet di balik tirai gelap.
DPRD maupun Badan Kehormatan belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait pemanggilan legislator berinisial HI. Kekosongan informasi itu membuat ruang spekulasi semakin lebar, dan keresahan masyarakat kian meninggi.
Sebelum aksi ditutup, HMI menegaskan komitmen mereka: perjuangan ini tidak berhenti hari ini. Jika tak ada perkembangan berarti, mereka berjanji akan kembali turun ke jalan lebih banyak, lebih lantang, lebih tegas.
Di Pangkep, angin perubahan tampaknya sedang bergerak pelan namun pasti. Dan mahasiswa, seperti biasa, memilih menjadi gelombang pertama yang menabrak sunyi.