ruminews.id, Makassar — Di bawah cahaya hangat ruang pertemuan Hotel LaMacca, suasana siang itu terasa penuh semangat namun tetap tertib dan tenang. Para peserta Intermediate Training (LK2) Tingkat Nasional HMI Cabang Makassar Timur tampak larut dalam kehangatan forum yang sarat gagasan. Duduk berjejer rapi, mereka menyimak pemaparan dari Husain Anwar, S.Kom., yang membawakan materi bertajuk “Sinergi Aktivisme dan Profesionalisme: Peran Strategis Kader HMI Menuju Indonesia Emas 2045.”
Dalam paparannya, Husain Anwar menegaskan bahwa aktivisme dan profesionalisme bukan dua jalan yang berbeda, melainkan dua arus yang harus bertemu dalam satu muara perjuangan. Aktivisme, katanya, adalah api idealisme, semangat memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan perubahan sosial. Sementara profesionalisme adalah tata keterampilan dan tanggung jawab moral, yang memastikan semangat itu tidak berhenti di wacana, tetapi menjelma menjadi karya nyata yang berdampak.
“Kader HMI harus mampu menjadi aktivis yang profesional dan profesional yang tetap aktivis,” ujarnya tegas. “Kita tidak cukup hanya bersuara, tapi juga harus membangun; tidak hanya mengkritik, tapi juga berkontribusi.”
Husain kemudian menguraikan bahwa sinergi antara aktivisme dan profesionalisme dapat dikenali dari tiga ciri utama: kepemimpinan kolaboratif, transformasi organisasi dan sosial, serta regenerasi dan keteladanan. Menurutnya, tanpa kepemimpinan yang mampu memadukan kolaborasi lintas bidang dan generasi, semangat perubahan hanya akan menjadi gema tanpa arah.
Forum berjalan tertib, hangat, dan akrab. Para peserta menyimak dengan penuh antusiasme, beberapa mencatat setiap poin penting, sementara yang lain berdialog dengan pemateri dalam suasana penuh saling menghargai. Diskusi berkembang tidak hanya pada tataran ide, tetapi juga strategi konkret tentang bagaimana kader HMI bisa memainkan peran strategis di berbagai sektor menuju Indonesia Emas 2045.
Dalam konteks menuju usia 100 tahun kemerdekaan Indonesia, Husain Anwar menekankan pentingnya visi Indonesia maju, berdaulat, adil, dan makmur yang hanya bisa terwujud melalui sumber daya manusia unggul, kolaboratif, lintas karakter dan bidang, serta berintegritas. Ia menegaskan bahwa kader HMI adalah bagian dari generasi penggerak perubahan, bukan sekadar penonton sejarah.
“Indonesia emas hanya akan lahir jika generasi mudanya mampu menggabungkan idealisme perjuangan dengan profesionalitas kerja. Itulah hakikat kader HMI berilmu, berakhlak, dan berdampak,” tutupnya dengan penuh keyakinan.
Sesi diakhiri dengan tepuk tangan yang hangat dan senyum yang bersahabat. Para peserta masih tampak berbincang santai, menandakan suasana keakraban intelektual yang hidup dalam forum tersebut. Di ruangan itu, idealisme dan profesionalisme seolah bersalaman meneguhkan arah perjuangan kader HMI untuk terus menapaki jalan menuju Indonesia yang berdaulat, berkeadilan, dan berkemajuan.