Gerakan Islam dan Transformasi Sosial: Menjawab Kapitalisme Global di Forum LK2 HMI Makassar Timur

ruminews.id, Makassar — Di bawah temaram lampu Hotel LaMacca, malam itu terasa hangat, bukan karena udara kota, melainkan karena semangat intelektual yang menyala di dada para kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ruangan itu tertata rapi, penuh ketertiban dan keteduhan, tempat berlangsungnya Intermediate Training (LK2) Tingkat Nasional HMI Cabang Makassar Timur. Dari balik podium, hadir sosok yang dihormati Prof. Qashim Mathar, Guru Besar UIN Alauddin Makassar sekaligus kader senior HMI, membawakan materi bertajuk “Gerakan Islam dan Transformasi Sosial: Menjawab Kapitalisme Global.”

Suasana forum begitu tenteram, seolah setiap kursi dan meja menyimpan rasa hormat. Para peserta duduk dengan sikap yang santun, pandangan mereka tertuju penuh perhatian kepada sang pemateri. Tak ada hiruk pikuk, hanya suara lembut Prof. Qashim yang menembus keheningan, menjahit benang-benang makna antara iman, perjuangan, dan perubahan sosial.

“Islam,” ujarnya perlahan, “bukan hanya tentang ritual, tapi tentang gerak. Ia adalah daya yang menuntun manusia untuk mengubah realitas sosialnya untuk melawan ketidakadilan, menegakkan martabat, dan menolak hegemoni kapitalisme global yang mengerdilkan kemanusiaan.”

Kata-kata itu mengalir seperti mata air di tanah kering. Para peserta menyimak dengan wajah yang khusyuk, sebagian mencatat, sebagian lain larut dalam renungan panjang. Dalam forum itu, Islam dibicarakan bukan sebagai doktrin kaku, melainkan sebagai kekuatan peradaban yang hidup kekuatan yang memanggil umatnya untuk berpikir, bertindak, dan bertransformasi.

Prof. Qashim memaparkan bagaimana kapitalisme global tak hanya menguasai ekonomi, tapi juga membentuk kesadaran manusia — menjadikan hidup sekadar transaksi, dan nilai-nilai spiritual kehilangan makna sosialnya. Namun, ia menegaskan bahwa gerakan Islam harus hadir bukan sebagai perlawanan emosional, melainkan sebagai transformasi yang sadar dan berakar pada ilmu serta akhlak.

“Gerakan Islam yang sejati,” tuturnya, “adalah gerakan yang memahami realitas, menatap masa depan dengan ilmu, dan menapaki jalan perubahan dengan moralitas. Itulah jihad intelektual kita.”

Suasana forum terasa akrab, di sela-sela keseriusan diskusi, tawa ringan sesekali pecah. Para peserta muda HMI bertanya dengan sopan, penuh rasa ingin tahu. Prof. Qashim menjawabnya dengan senyum, dengan sabar, dengan nada seorang guru yang tak hanya mengajar, tapi membimbing jiwa.

“Kalianlah generasi yang akan menentukan arah Islam di masa depan,” katanya. “Jangan biarkan semangat kalian padam hanya karena dunia tampak dikuasai oleh sistem yang tak adil. Islam selalu punya jawaban selama kita mau berpikir dan berbuat dengan kesadaran.”

Forum itu berakhir dengan tepuk tangan yang pelan tapi panjang. Ada rasa haru yang meneduh di dada para peserta. Mereka tahu, malam itu bukan sekadar kuliah, itu adalah pertemuan antara generasi dan gagasan, antara ilmu dan keimanan, antara masa lalu perjuangan dan masa depan perubahan.

Di luar ruangan, angin Makassar berembus lembut. Beberapa peserta masih berkumpul, berdiskusi kecil, sementara Prof. Qashim menyapa mereka satu per satu dengan kehangatan seorang ayah yang bangga pada anak-anaknya.

Malam di Hotel LaMacca pun menjadi saksi bahwa HMI Makassar Timur bukan hanya ruang belajar, tetapi ruang pembentukan jiwa. Di sanalah ilmu dan nilai bertemu, membentuk manusia yang sadar akan tugas sejarahnya: menjawab kapitalisme global dengan semangat Islam yang mencerahkan dan membebaskan.

Scroll to Top