ruminews.id, Jakarta – Dalam suasana penuh energi di The Club Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025), Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meresmikan jajaran pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) periode 2025–2030. Salah satu nama yang menarik perhatian publik adalah Ricky Valentino, eks Koordinator Nasional Relawan Amin 2024, yang kini resmi bergabung ke PSI.
Dalam struktur baru tersebut, Ricky langsung mendapat amanah penting sebagai Ketua Bidang Pemilih Pemula. Jabatan ini dipandang strategis karena menyasar segmen pemilih muda, terutama generasi Z dan milenial yang jumlahnya semakin mendominasi peta politik nasional.
Bagi PSI, hadirnya Ricky bukan sekadar penambahan kader, melainkan langkah strategis dalam memperkuat basis elektoral di kalangan anak muda. Rekam jejaknya sebagai aktivis mahasiswa dan pemimpin organisasi kepemudaan membuatnya dikenal luas di lingkaran generasi baru.
Pria kelahiran Makassar itu merupakan alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) dan pernah menjabat di jajaran Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 2013–2015. Kiprahnya berlanjut saat Pilpres 2024 lalu, di mana ia menjadi simpul penting gerakan Relawan Amin 2024 yang berhasil menggerakkan dukungan anak muda di berbagai daerah.
Di bawah kepemimpinan Kaesang Pangarep, PSI memang konsisten menampilkan diri sebagai partai yang memberi ruang luas bagi talenta muda. Ricky pun menganggap keputusannya masuk PSI sebagai pilihan yang sejalan dengan semangat zaman.
“PSI adalah rumah anak muda. Bro Ketum Kaesang dan mayoritas pengurusnya adalah generasi baru. Tidak ada partai lain yang seberani PSI dalam membuka ruang bagi anak muda,” ujar Ricky saat ditemui di Jakarta, Minggu (28/9/2025).
Lebih jauh, ia menekankan bahwa politik hari ini tidak bisa lagi hanya diisi oleh tokoh senior. Generasi muda, menurutnya, harus tampil sebagai pelaku utama dalam menentukan arah bangsa. “Ini bukan sekadar politik, ini gerakan,” tegas Ricky.
Masuknya Ricky ke jajaran pengurus PSI diyakini membawa modal besar. Jaringan relawan dan aktivis muda yang selama ini ia bangun menjadi amunisi penting bagi PSI, terutama untuk menatap Pemilu 2029. Mengingat lebih dari setengah total pemilih nasional diproyeksikan berasal dari kelompok muda, langkah PSI merekrut figur seperti Ricky dipandang sebagai strategi yang visioner.
Meski begitu, pekerjaan rumah masih menanti. PSI dituntut untuk mengubah energi anak muda tersebut menjadi program-program nyata yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Ricky sendiri menyatakan optimistis. “Kami percaya, semakin banyak anak muda akan bergabung dan berjuang bersama,” katanya.
Kehadiran Ricky Valentino menandai babak baru perjalanan PSI. Dengan pengalaman, jaringan, dan idealismenya, ia berpotensi menjadi motor penggerak dalam memperluas pengaruh partai. Sementara PSI, lewat keberanian memberi panggung bagi generasi baru, berupaya meneguhkan diri sebagai kekuatan politik alternatif yang relevan dengan dinamika zaman.
Gelombang politik anak muda kini tengah naik, dan PSI tampaknya sedang bersiap menungganginya menuju peta kekuasaan nasional.