OPINI

Membongkar Ilusi Pembangunan dalam Program Satu Juta Rumah dan Urbanisasi Kota Makassar

ruminews.id, Makassar – Program Satu Juta Rumah yang digulirkan pemerintah sejak tahun 2015 sering digadang gadang sebagai solusi pemenuhan kebutuhan hunian layak. Namun, bagi saya, program ini justru memperkuat dominasi pasar dan memperlemah peran negara dalam menjamin hak atas papan bagi masyarakat kecil.

Rumah adalah hak asasi manusia bukan komoditas pasar. Negara seharusnya memastikan keadilan dalam akses terhadap perumahan, bukan sekadar mengejar target kuantitas unit yang dibangun. Akan tetapi di lapangan, program ini gagal menjawab persoalan struktural.

Pemerintah mendorong skema pembiayaan jangka panjang seperti KPR dan FLPP yang menjerat masyarakat berpenghasilan rendah dalam beban finansial, sementara pengembang dan investor diuntungkan melalui berbagai insentif serta kemudahan perizinan.

Negara kini berperan sebagai fasilitator pasar, bukan pelindung rakyat. Transformasi ini adalah bentuk neoliberalisasi perumahan, di mana fungsi negara bergeser menjadi perpanjangan tangan kepentingan kapital.

Fenomena urbanisasi Kota Makassar semakin memperjelas ketimpangan ruang tersebut. Pertumbuhan kota lebih menguntungkan kelas menengah ke atas melalui pembangunan kawasan elit, apartemen mewah, dan pusat bisnis. Di sisi lain, masyarakat miskin terpinggirkan ke wilayah pinggiran kota dan kumuh dengan fasilitas yang minim.

Sebagai tawaran solusi alternatif, saya mengajukan beberapa langkah berbasis keadilan sosial dan kolektivitas:

1. Reformasi agraria perkotaan agar tanah dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.

2. Penguatan koperasi perumahan dan swakelola warga.

3. Pengawasan ketat terhadap pengembang serta pengendalian harga tanah oleh negara.

4. Penegasan kembali peran negara sebagai pelindung rakyat kecil, bukan investor.

Program Satu Juta Rumah, menurut saya, hanyalah “ilusi pembangunan” dalam wajah neoliberalisme. Ketika rumah dijadikan komoditas, rakyat dikorbankan. Negara yang seharusnya hadir untuk menjamin hak hak rakyat justru menjadi alat kepentingan kapital.

Share Konten

Opini Lainnya

d3553628-3ec5-4e49-82eb-a01620c46b8b
Kampus Adalah Arena, Pilih Cara Bermain Mu
3c7b0ea5-4e5a-43a4-95e0-0383cc642453
Bahasa Kekuasaan di Era Prabowo: Politik Tutur dan Disiplin Wacana
07fca8cd-2d90-4c07-b3b0-cb7cf645a0bf
Sejarah Pembersihan Etnis Di Palestina
WhatsApp Image 2025-11-12 at 23.18
Hari Kesehatan Nasional: Alarm dari Luka Para Tenaga Kesehatan
WhatsApp Image 2025-11-12 at 23.19
HKN 2025: Cita Transformasi Kesehatan Dengan Enam Pilar Yang Rapuh
f874040f-0065-4663-aa63-45a87f3ccb03
MBG dan Sekolah Rakyat, Simbol Generasi Sehat dan Mempersiapkan Masa Depan
e766f7f9-d936-415d-9602-5f78f2edb292
Pahlawan Palsu di Balik Kisah Cinta Kerajaan
58d3f0d4-36aa-46dd-a0f4-5e42f2c545a0
Cara Mengatasi Sulit Tidur: Belajar Menyerahkan Kendali Agar Otak Dan Jiwa Bisa Seimbang Alami
IMG-20251031-WA0036
Hukum di Punggung Kekuasaan: Ketika Keadilan Menjadi Bayangan dari Kuasa
6f7ebe19-d907-43d7-a3f2-dda6f4028066
Hari Jadi Daerah dan Jarak yang Makin Lebar dengan Warganya
Scroll to Top