OPINI

Vonny, Energi Baru KNPI Sulsel

ruminews.id – Video itu tiba-tiba muncul di laman media sosial saya. Rekaman tentang kegaduhan dalam pemilihan Ketua KNPI Sulawesi Selatan. Riuh. Kisruh. Dikabarkan, kericuhan pecah saat Musda KNPI Sulsel berlangsung di Hotel Horison, Makassar, Senin, 8 Desember 2025.

Sekilas menontonnya, saya langsung teringat pada obrolan beberapa waktu lalu ketika Vonny Amelia menyampaikan rencananya maju sebagai calon ketua. Sejak saat itu saya hanya sesekali memantau ikhtiarnya, hingga video itu viral dan atmosfer politik Sulsel kembali menunjukkan warnanya yang khas. Hangat, dinamis, dan tak jarang memanas. Pengurus DPP KNPI yang hadir pun ikut mencicipi atmosfir itu.

“Bukan karena ambisi,” ucap Vonny kala itu, “tapi karena permintaan dan dorongan dari berbagai pihak.” Dia menegaskan, jika bukan karena gelombang dukungan yang datang dari banyak kalangan, ia mungkin tidak akan berpikir untuk maju. Namun dukungan itu nyata. Dari yang diam menyatakan simpati, sampai yang terang-terangan memberi restu. Salah satunya datang dari Ketua DPD Gerindra Sulsel, Andi Iwan Darmawan Aras.

Dukungan itu bukan hanya dari internal partai. Tokoh-tokoh lintas partai, kader OKP dari berbagai kabupaten/kota, bahkan sebagian pengurus KNPI Sulsel turut menyatakan kepercayaan. Ini bukan dukungan simbolik, melainkan tanda bahwa kehadiran Vonny dipandang relevan, layak, dan dibutuhkan.

Baru setelah video kegaduhan itu ramai diperbincangkan, nun jauh di Jakarta saya pun akhirnya mengetahui bahwa pemilihan ini mempertemukan “derby” dua kader muda Gerindra. Sebagai sesama kader, tentu saya bangga siapa pun yang menang. Sebab itu menunjukkan bahwa kontribusi kader Gerindra di KNPI Sulsel semakin diperhitungkan.

Namun, sebagai kader Tunas Indonesia Raya (TIDAR), organisasi sayap pemuda Gerindra, saya tentu berharap agar KNPI Sulsel dapat merasakan getaran semangat ketua TIDAR Sulsel yang sudah lebih dahulu membuktikan dirinya.

Vonny bukan sekadar nama dalam struktur partai. Ia adalah anggota DPRD Sulawesi Selatan yang bekerja dalam diam namun menciptakan dampak nyata. Mungkin banyak orang mengenalnya sebagai legislator dan Ketua TIDAR Sulsel, tetapi tidak banyak yang memahami bagaimana ia bekerja.

Satu hal yang selalu saya hormati darinya adalah caranya memanfaatkan waktu. Jika sedang bertugas di Jakarta dan sekitarnya, sela waktu antar agenda tidak pernah dibiarkan kosong. Ada saja kementerian atau tokoh yang ingin ia datangi, ada program yang ingin ia kejar untuk dibawa pulang ke Sulsel. Saya pernah menyertainya dalam beberapa kunjungan tersebut. Semuanya dilakukan dengan kesungguhan.

Apa yang membuatnya berbeda? Mungkin jawabannya ada pada latar belakangnya sebagai pramugari. Profesi yang sekilas sederhana, namun sarat pelajaran hidup. Dia belajar menenangkan orang yang panik, mendengarkan keluhan yang sunyi, dan mendahulukan keselamatan orang lain sebelum dirinya sendiri. Dari kabin pesawat, dia belajar ritme. Kapan harus tegas, kapan harus lembut. Dari ribuan penumpang yang dia layani, dia belajar empati. Pelajaran itu dia bawa ke dunia politik, bukan untuk tampil, tetapi untuk hadir.

Saya tahu tidak sedikit anak muda TIDAR Sulsel yang dia bantu secara ekonomi agar bangkit dan mandiri. Ketika banyak politisi muda memburu sorotan kamera, Vonny justru sibuk mengetuk pintu pemerintah pusat lewat jejaringnya di TIDAR. Ketika yang lain bicara soal program dalam pidato, dia mengusahakannya langsung. Baginya, kepemimpinan bukan soal berdiri paling depan, tetapi tentang siapa yang paling dulu membela mereka yang tertinggal.

Di tengah kesibukan politik, dia tak melupakan pengembangan diri di bidang akademik. Dia kini tengah melanjutkan pendidikan doktoral di salah satu universitas besar di Makassar. Dia sepertinya menyadari bahwa kekuasaan hanya bermakna jika dibarengi ilmu pengetahuan, dan ilmu hanya berdaya jika dipersembahkan kembali untuk masyarakat.

Melihat ikhtiyarnya untuk meneruskan dukungan dari berbagai pihak agar dirinya mendorong kemajuan pemuda Sulsel melalui KNPI, saya teringat satu ungkapan yang pernah ia ucapkan. Pendek, puitis, tetapi menyimpan kedalaman makna. “Saya perintis, bukan pewaris,” katanya.

Ungkapan itu bukan sekadar kalimat indah. Ia adalah prinsip yang membedakan seorang pemimpin yang datang membawa kerja dengan mereka yang hanya datang membawa nama. Menjadi perintis berarti siap membuka jalan baru, menanggung risiko, menembus belukar tantangan, dan menanam fondasi bagi masa depan yang mungkin tidak akan dia nikmati sepenuhnya. Dan dari cara dia bergerak selama ini, saya melihat ungkapan itu bukan metafora, melainkan cermin dari langkah-langkahnya.

Kedekatannya dengan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Ketua Umum PP TIDAR, juga tentu menarik untuk diketengahkan. Hubungan keduanya sesungguhnya melampaui urusan politik belaka. Hubungan itu tumbuh dari kesamaan visi bahwa pemuda, khususnya perempuan, harus diberi ruang untuk tumbuh, bukan hanya ruang untuk tampil.

Itulah mengapa ketika mendengar Vonny ingin meneruskan dukungan dan amanah agar dirinya maju sebagai Calon Ketua KNPI Sulsel 2025-2028 kali ini, maka keponakan Presiden Republik Indonesia itu pun memberi lampu hijau.

“Vonny adalah pemimpin muda yang bekerja dengan hati, mampu merangkul banyak kalangan, dan memiliki visi kuat mengenai masa depan pemuda Sulsel. Kami di TIDAR melihatnya sebagai sosok yang tepat untuk memimpin KNPI Sulsel ke arah yang lebih solid dan inovatif,” ujar Rahayu Saraswati dalam rilis resminya ke Tribun-Timur.com.

Vonny sosok yang punya energi banyak menggeluti bidang sosial keorganisasian. Masih ada berbagai organisasi yang dia geluti. Selain aktif di parlemen dan TIDAR, Vonny, misalnya, juga menjabat sebagai Sekretaris PORDASI Sulsel. Kiprahnya di PORDASI, sebuah organisasi yang menyatukan olahraga, tradisi, dan pembinaan karakter, menunjukkan bahwa kepeduliannya tidak berhenti pada politik, tetapi meluas pada budaya, olahraga, dan pendidikan generasi muda.

Pemilihan ketua KNPI Sulsel ini kiranya bukan sekadar menentukan siapa yang duduk di kursi ketua. Ini tentang arah gerak pemuda Sulsel. Tentang apakah organisasi ini akan kembali terjebak dalam riuh yang sama, atau bergerak menuju masa depan yang lebih tertata. Dan bagi saya, Vonny memiliki rekam jejak, keberanian, jejaring, dan nilai kepemimpinan yang dibutuhkan KNPI Sulsel hari ini.

Sebab kadang, organisasi tidak membutuhkan sosok yang paling keras berbicara, melainkan sosok yang paling sungguh-sungguh bekerja. Dan bila pemuda KNPI Sulsel ingin kembali berdiri tegap, mereka membutuhkan pemimpin yang tidak sekadar tampak memimpin, tetapi benar-benar menggerakkan. Vonny Amelia memberi harapan itu. (*)

Share Konten

Opini Lainnya

5f7999ab-a246-4d22-9a5f-960d671c970b
Ketika Perempuan Mengambil Ruang: Wajah Aksi Hari Anti Korupsi dari Perspektif Perempuan
WhatsApp Image 2025-12-09 at 20.44
Hari Anti Korupsi ; Menegakkan Hakikat Hukum dalam Dugaan Penyimpangan Agraria dan Penyalahgunaan Kewenangan (Pungli)
125f1288-fa4e-41c2-86a1-372bf1ab10c3
Pemerintah Perlu Segera Menetapkan Sumatera sebagai Bencana Nasional
42960A67-A485-48E5-BE6F-656CC1C2E077
DARURAT ! Perusahaan Tambang Menjajah Masyarakat Sulawesi Selatan Atas Nama Investasi ‼️
2163cfaa-0c1f-48f6-9600-20ff2d683cc8
Menitip Api Perjuangan: Dukungan Ketum Badko HMI Sulselbar Periode 2021-2023 untuk Vonny dan Masa Depan KNPI Sulsel
0d8c1241-e521-490f-9930-5bbdc11f383f
Negara Membiarkan Hutan Gundul, Rakyat Dihanyutkan: Jejak Bencana dari Aceh hingga Sumatra
fdd98c0d-6dd9-4488-87a6-50111da94267
Bencana sebagai Panggung: Ketika Kekuasaan Menari di Atas Luka Rakyat
fef8fc68-7300-427e-9d87-4bc70b8f4eef
Ekoteologi Kemenag VS Serakahnomics Perusahaan Kayu
6e4bcdb8-a5ee-42fb-8bce-82b8c0f35fc4
Kenapa Tindakan Pelanggaran Kebebasan Beragama/Berkeyakinan Semakin Meningkat?
ff6f3bf6-6737-47de-9c55-07b3a931beaa
Demokrasi dan Kritik Otoritarianisme dalam Perspektif Cak Nur
Scroll to Top