ruminews.id – Aksi demo siang tadi memperingati Hari Anti Korupsi itu memberikan vibes yang campur aduk: panas, bising, tapi juga penuh energi yang membuat kita mampu menyampaikan aspirasi. Dari kacamata perempuan moment itu bukan sekadar turun ke jalan akan tatapi sebagai cara untuk menyampaikan statement lantang: “Kami ada, kami sadar, dan kami tidak akan diam.”
Bayangkan di tengah hiruk-pikuk massa banyak perempuan yang berdiri di barisan depan dengan sigap untuk menyampaikan aspirasinya yang terkadang hanya dianggap suara-suara kecil yang tidak perlu di dengar. Mereka menunjukkan bahwa suara perempuan itu bukan pelengkap tapi penggerak.

Sebagai perempuan rasanya aksi tadi punya bobot emosional lebih dalam. Korupsi bukan isu abstrak akan tetapi sesuatu yang memberikan dampak real: pelayanan publik kacau, akses pendidikan dan kesehatan makin timpang. Jadi teriak tuntutan itu bukan cuma slogan itu jeritan masa depan yang perlu didengarkan.
Di tengah kerumunan terlihat jelas bagaimana perempuan makin pede mengambil ruang. Orasi dengan suara bergetar tapi tegas. Kalau ada yang bilang perempuan tidak cocok untuk turun aksi, mungkin mereka tidak melihat aksi tadi siang dan ingin lupa dengan apa yang terjadi di negara kita.
Aksi Hari Anti Korupsi tadi adalah reminder keras: suara perempuan itu bukan bonus, tapi kebutuhan. Karena kalau mau negara yang bersih dan masa depan yang tidak membuat generasi depan garuk-garuk kepala harus ada perspektif yang sensitif, kritis, dan tidak memilih untuk bungkam dan hari ini perempuan telah membuktikan hal itu.