ruminews.id, – Tulisan ini saya buat sebagai respon proporsional terhadap kelakar cak imin dalam acara pengukuhan Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesian (PB IKA PMII).
Dalam acara tersebut Cak Imin sempat berkelakar “Tidak ada dari PMII yang tumbuh dari bawah, kalau ada di PMII yang tidak tumbuh dari bawah itu bukan PMII pasti itu HMI”.
Mendengar ungkapan tersebut, saya langsung membayangkan betapa hebatnya HMI di masa awal kehadirannya. Memang betul HMI ini bukan organisasi yang tumbuh dari bawah ia tumbuh dari atas, di atas tebing dan di antara retakan bebatuan. Secara alegoris, HMI seperti pohon yang tumbuh di atas tebing, dibawah hantaman angin, sengatan matahari dan dihajar badai namun HMI tetap berdiri kokoh hingga hari ini.
Dari berbagai ujian tersebutlah HMI sebagai organisasi yang melewati proses panjang dari tahun 1947 hingga detik ini.
Kembali ke metafor sebelumnya, mengandaikan HMI sebagai pohon yang tumbuh di atas tebing dengan berbagai tantangannya telah berhasil menghasilkan biji yang menjadi benih dan bagian dari cikal bakal terbentuknya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Benih yang saya maksud itu bernama Mahbub Djunaedi, secara historis baik kader HMI maupun kader PMII tentu mengenal siapa beliau.
Sebelum menjadi ketua umum pertama PB PMII pada tahun 1960, Mahbub Djunaedi merupakan sosok yang pernah berproses di HMI, bahkan beliau pernah menjabat sebagai ketua Bidang Departemen Pendidikan PB HMI. Tentu hal ini merupakan jejak historis yang baik kader HMI maupun PMII tidak dapat mengingkarinya.
Jadi antara HMI, PMII, dan kelakar cak Imin bagi saya adalah sebuah refleksi yang mengajak kita untuk kembali berkesinambungan dengan masa lalu. Tentu saja sebagai jalan untuk tetap melanjutkan napas perjuangan dan mwujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah Swt.
YAKUSA!!.