OPINI

Naga Mau #KaburAjaDulu

ruminews.id- Ketidakpuasan. Begitulah respon yang terlihat dari masyarakat atas berbagai macam kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Gelombang demonstrasi sedang terjadi. Di jalanan, berbagai elemen masyarakat mulai dari masyarakat sipil, organisasi masyarakat sipil, dan organisasi mahasiswa telah turun menyuarakan ketidakpuasannya. Di sosial media, hastag #IndonesiaGelap dan #KaburajaDulu merupakan bentuk ekspresi kekecewaan dari netizen akan jalannya kondisi pemerintahan saat ini.

Beredarnya hastag #IndonesiaGelap dan #KaburajaDulu merupakan gerakan sosial digital yang dipelopori oleh kelompok kelas menengah Indonesia yang tidak puas akan kondisi sosial dan membuncahnya ketidakadilan yang dirasakan oleh kelompok kelas menengah ini. Gerakan ini berusaha melakukan penyadaran bahwa taraf hidup di luar Indonesia lebih menyakinkan dibandingkan harus hidup dengan kerja keras tetapi tetap saja mendapatkan perlakukan yang tidak adil. Gerakan ini kemudian melebar eskalasi kepentingannya dimana bukan hanya kelompok kelas menenengah yang tersadar akan ketidakadilan sosial tetapi juga kelompok rakyat miskin pun mengalami ketersadaran akan kesewenang-wenang yang sedang terjadi.

Tetapi apakah #KaburajaDulu dan #IndonesiaGelap hanya memiliki dampak pada kelompok kelas miskin dan kelompok kelas menengah saja? Apakah kelompok kelas atas tidak terdampak akan gerakan sosial tersebut?

Naga dan Imaji Respon #KaburAjaDulu
Crazy Rich of Indonesia dapat diklaster pada 9 orang terkaya yang ada di Indonesia. Data dari Forbes per Desember 2024 menunjukkan bahwa Hartono bersaudara, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono masih ada di puncak daftar orang terkaya di Indonesia. Kekayaan keduanya ditaksir mencapai US$$50,3 miliar atau setara dengan Rp 816 triliun. Sumber kekayaan Hartono bersaudara bersumber dari jaringan bisnis Djarum Grup. Di bawahnya ada Prajogo Pangestu dengan kekayaan mencapai US$32,5 miliar atau sekitar Rp 527 triliun. Prajogo dengan jaringan bisnis Barito Pacific Timber yang dikuasainya. Kemudian, Low Tuck Kwong, pendiri sekaligus Presiden Direktur Bayan Resources dengan kekayaan yang ditaksir mencapai US$27 miliar atau sekitar Rp 438 triliun. Berturut-turut ada keluarga Widjaja pemilik Sinar Mas Grup dengan kekayaan mencapai US$18,9 miliar (Rp 306 triliun). Anthoni Salim pemilik dari Salim Group dan CEO Indofood dengan kekayaan US$12,8 miliar (Rp 207 triliun). Pendiri dan Ketua Indorama Corporation, Sri Prakash Lohia dengan kekayaan US$8,7 miliar (Rp 141 triliun). Direktur Utama Bumi Resources Minerals Tbk. Agoes Projosasmito dengan kekayaan US$7 miliar (Rp 113 triliun). Pendiri Mayapada Group, Keluarga Tahir taksiran kekayaan US$5,3 miliar (Rp 86 triliun), dan Chairul Tanjung selaku Pendiri CT Corp dengan kekayaan: US$5,2 miliar (Rp 84 triliun).

Baca Juga:  Milad HMI 78 Tahun : Kritik adalah Senjata

Sebagaimana yang diketahui bahwa setiap bisnis atau usaha membutuhkan pekerja yang berkualitas. Ketika tagar #KaburAjaDulu bergema dan viral yang bertujuan untuk mengajak warga negara Indonesia untuk mencari kerja di luar Indonesia, maka konsekuensi untuk bekerja di luar negeri adalah kualitas yang diatas rata-rata. Ketika pekerja yang berkualitas meninggalkan Indonesia karrena iming-iming kehidupan yang lebih berkualitas di luar negeri maka akan menyisakan pekerja yang minim skill di Indonesia.

Orang-orang terkaya di Indonesia yang memiliki jaringan bisnis luas dan menjalankan berbagai sektor industri mulai dari pertambangan, perbankan, makanan minuman, hingga teknologi tentu saja tidak akan senang ketika yang masuk bekerja di perusahaan mereka adalah tenaga-tenaga yang minim kualitas. Sehingga daripada harus menderita kerugian akan usahanya maka pilihannya adalah memutuskan untuk menutup bisnis mereka dan pindah ke luar negeri.

Baca Juga:  Omong Kosong Gaya Hidup Hijau di Bulan Ramadhan.

Membayangkan orang-orang terkaya tersebut menutup usaha-usaha utamanya tentu akan memberikan dampak negatifnya yang dapat dirasakan oleh banyak pihak. Salah satu dampak paling langsung dari perpindahan crazy rich ke luar negeri selain penutupan lapangan pekerjaan yang akan membuat jutaan orang yang bekerja untuk perusahaan mereka akan kehilangan pekerjaan adalah erosi kedaulatan ekonomi. Ketika orang-orang terkaya memindahkan aset dan investasi ke negara lain, mereka bukan hanya membawa modal, tetapi juga mempengaruhi aliran investasi domestik. Hal ini dapat berakibat pada penurunan pendapatan pajak bagi negara, yang pada gilirannya mengurangi kapasitas pemerintah dalam menyediakan layanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Dengan kata lain, ketika elit kaya meninggalkan negara, mereka juga meninggalkan tanggung jawab sosial yang seharusnya mereka emban sebagai bagian dari komunitas.

Baca Juga:  Mitos Tiga Bagian Otak

Pindahnya orang-orang terkaya sering kali mengindikasikan ketidakpuasan terhadap keadaan di dalam negeri. Hal ini bisa menyebabkan krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintahan dan sistem yang ada. Ketika para pemimpin bisnis yang memiliki pengaruh besar mengalihkan perhatian mereka ke negara lain, masyarakat umum mungkin mulai merasa terasing dan kurang dihargai. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan sosial, protes besar-besaran, dan munculnya gerakan-movement anti-elit yang dapat lebih memperburuk ketegangan dalam masyarakat.

Orang-orang kaya yang memilih untuk menetap di luar negeri dikarenakan migrasi sumber daya manusia terbaik Indonesia akan menciptakan “brain drain” yang merugikan segenap sektor, termasuk teknologi, kesehatan, dan pendidikan, yang selanjutnya membatasi inovasi dan kemajuan.

Dapat dikatakan bahwa #KaburAjaDulu #IndonesiaGelap bukanlah sekadar ungkapan, tetapi sebuah indikasi dari kompleksitas sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi oleh negara ini. #KaburAjaDulu #IndonesiaGelap tidak lagi menjadi tagar yang hanya membahas mengenai kelas miskin dan kelas menengah tetapi juga menjadi kelas atas. Oleh karena itu, penting bagi Pemerintah untuk memahami dampak pergerakan sosial ini dan mengupayakan solusi yang dapat meningkatkan kepercayaan, kenyamanan, dan stabilitas di Indonesia. Menghadapi tantangan demi tantangan, mungkin sudah saatnya untuk menengok kembali nilai-nilai kebersamaan dan tanggung jawab sosial demi masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Share Konten

Opini Lainnya

IMG-20250410-WA0068
Jangan Biarkan Perasaan Ini Mengendalikan Diri Dalam Mencari Rezeki
IMG-20250326-WA0012
Mudik Lancar, Ekonomi Lancar
IMG-20250326-WA0010
Kritik atas Tafsir Tradisional dalam Islam
IMG-20250323-WA0285
Panggung Impostor : Kecemasan HAM menuju Indonesia Emas
IMG-20250319-WA0017
Pemikiran Bung Hatta tentang Al-Quran Dibicarakan di Ma'REFAT INSTITUTE
IMG-20250316-WA0008
APBN 2025: Mengukir Strategi Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Tantangan Global
GAYA-HIDUP
Omong Kosong Gaya Hidup Hijau di Bulan Ramadhan.
IMG-20250310-WA0071
Puasa Sebagai Obat Stres Kronis
IMG-20250310-WA0153
Fatimah Al – Fihrih Yang Dirindukan
IMG-20250308-WA0165
Indonesia Tetap Akan Gelap Jika Penguasa Melanggar Konstitusi
Scroll to Top